Main Menu

Afghanistan Kini Jadi Negara dengan Kekerasan Agama Terburuk

Berita Terkini – Sebuah studi mengatakan, jika Afghanistan kini menjadi negara dengan kekerasan berbasis agama tertinggi di dunia, diatas posisi Korea Utara.

Laporan ini disusun sebuah organisasi pengawas penganiayaan agama asal California, Open Doors USA, dan dirilis pada Rabu (19/1).

Studi tersebut meneliti negara-negara dengan tingkat penganiayaan dan diskriminasi kepada orang-orang beragama yang tinggi.

Sebelumnya, Korea Utara dikatakan menjadi negara pelanggar kebebasan beragama nomor satu di dunia selama dua dekade terakhir.

Akan tetapi, pada tahun ini, posisi tersebut diambil oleh Afghanistan, setelah Taliban menguasai negara tersebut. Hal tersebut juga membuat situasi semakin buruk bagi orang Kristen.

“Setiap orang Kristen di Afghanistan bersembunyi atau dalam pelarian,” kata Presiden dan CEO Open Doors USA, David Curry, dikutip dari Newsweek.

Banyak orang Kristen melarikan diri

Curry mengungkapan, banyak orang Kristen yang melarikan diri dari negara itu untuk melindungi keluarga mereka. Sebab, diketahui Taliban sering masuk ke rumah warga.

Di mana mereka kemudian menculik gadis-gadis yang ada di dalam rumah untuk dinikahkan dengan anggota Taliban.

“Perempuan Kristen adalah kelompok paling rentan di dunia saat ini,” jelas Curry.

Mereka beranggapan, umat Kristen adalah kelompok yang paling teraniaya di dunia. Berdasarkan hasil riset mereka, 360 juta orang Kristen diyakini terancam mengalami penganiayaan dari Hindu radikal atau Muslim.

Dari jumlah tersebut, diketahui lebih dari 312 juta orang Kristen mengalami penganiayaan tingkat ekstrem. Apabila diambil rata-rata, 1 dari 7 orang Kristen di dunia mengalami kekerasan ekstrem.

Pelanggar utama kekerasan agama

Studi Open Doors mengatakan, 11 negara pelanggar utama kekerasan agama antara lain Afghanistan, Korea Utara, Somalia, Libya, Yaman, Eritrea, Nigeria, Pakistan, Iran, India, dan Arab Saudi.

Bukan hanya itu, mereka juga menyinggung China dan Myanmar. Di mana China berada di urutan ke 17 terkait penganiayaan agama ini. Dan laporan tersebut, potensi kejahatan di China begitu mengerikan.

Laporan yang diberitakan ini dirilis saat Afghanistan sedang dalam krisis politik dan kemanusiaan setelah Taliban berkuasa dan mengambil alih negara itu pada 15 Agustus 2021 lalu.

Sebelumnya, Afghanistan yang penduduknya mayoritas beraliran Sunni sikatakan sering menargetkan sesama umat Muslim berpaham Syiah, yaitu suku Hazara.

Keadaan semakin memburuk ketika Taliban menerapkan aturan berbasis syariat Islam, seolah tidak ada warga yang memeluk agama lain.

Saat Taliban berkuasa, mereka  juga membatasi ruang gerak perempuan. Mereka tidak diperbolehkan keluar tanpa wali, mereka diharuskan mengenakan hijab, tak boleh berolahraga di ruang publik, dan tak ada satupun perempuan yang bekerja di pemerintahan.






Comments are Closed