Main Menu

Alasan PM Kishida Tak Mau Maju Lagi di Pemilu Jepang

Berita Terkini — Perdana Menteri Fumio Kishida tak ingin lagi bertarung kembali di pemilihan umum Jepang yang akan diselenggarakan tahun depan.

Dalam konferensi pers Rabu (13/8), Kishida menuturkan, bahwa tak akan mencalonkan diri sebagai pemimpin Partai Demokrat Liberal (LDP) dalam pemilihan. Ini berarti Jepang akan mempunyai partai baru.

LDP adalah partai penguasa dan selama ini mempunyai banyak kursi di parlemen. Apabila pada pemilu tahun depan mereka menang lagi, posisi PM dapat digenggam.

“Dalam kepemimpinan ini penting untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa LDP sedang berubah dan partai ini adalah LDP yang baru,” ujarnya dia, mengutip dari Al Jazeera.

Dia juga mengatakan, “Langkah pertama yang paling jelas untuk menunjukkan bahwa LDP akan berubah adalah saya mengundurkan diri. Saya tidak akan mencalonkan diri dalam pemilihan presiden [partai] mendatang.”

Dalam kesempatan tersebut, Kishida menyebut akan menuntaskan sisa jabatan sebagai PM Jepang hingga bulan depan.

“Saya akan terus melakukan semua yang saya bisa sebagai perdana menteri hingga akhir masa jabatan,” ujarnya, dikutip dari Reuters.

Keputusan Kishida untuk mundur dalam pemilihan ketua LDP membuat persaingan baru terkait sosok yang akan menggantikan dia sekaligus bakal calon PM.

Penerus dia, nantinya harus menyatukan kelompok yang terpecah, mengatasi kemungkinan kenaikan biaya hidup, mengatasi ketegangan geopolitik yang meningkat dengan China, serta menyiapkan diri apabila Donald Trump terpilih menjadi presiden Amerika Serikat.

Diketahui, Kishida terpilih menjadi presiden partai pada 2021. Tak lama setelahnya, dia memenangkan pemilu.

Selama kepemimpinannya, dia diselimuti banyak skandal mulai dari korupsi besar di tubuh LDP sampai relasi dengan Gereja Unifikasi.

Akan tetapi, Kishida sempat membawa Jepang keluar dari pandemi Covid-19 dengan pengeluaran stimulus besar-besaran.

Lalu, dia menunjuk Kazuo Ueda yang seorang akademisi untuk bertugas mengakhiri stimulus moneter radikal pendahulunya, dan mengepalai Bank of Japan (BOJ).

Kemudian pada Juli, secara tak terduga BOJ menaikkan suku bunga sebab  inflasi meningkat. Ini berkontribusi pada ketidakstabilan pasar saham dan membuat yen turun tajam.






Comments are Closed