Main Menu

Dampak Penembakan Remaja, 421 Orang Ditahan dalam Kerusuhan di Prancis

Berita Terkini — Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin mengatakan, setidaknya ada 421 orang ditangkap dalam aksi protes atas kasus penembakan polisi kepasa seorang remaja laki-laki berusia 17 tahun.

Dikutip dari CNN, Jumat (30/6), lebih dari separuh penangkapan tersebut terjadi di wilayah Paris, yaitu di departemen Hauts-de-Seine, Seine-Saint-Denis, dan Val-de-Marne.

Diketahui selama tiga hari berturut-turut, gelombang protes melanda negara tersebut. RAID, yang merupakan pasukan polisi elite Prancis, dikerahkan ke kota-kota Bordeaux, Lyon, Roubaix, Marseille, dan Lille untuk menghadapi demonstran.

Konfrontasi ini terjadi antara pengunjuk rasa dan polisi di pinggiran Paris Nanterre. Di tempat inilah, Nahel seorang remaja berusia 17 tahun terbunuh beberapa hari sebelumnya.

Bukan hanya di Paris Nanterre, diketahui bentrokan juga pecah di kota pelabuhan selatan Marseille.

Penangkapan 150 orang

Polisi Prancis sebelumnya telah menangkap total 150 orang, akibat aksi yang terjadi di beberapa wilayah belakangan ini.

Setidaknya ada 2.000 polisi anti huru-hara dikerahkan di sekitar Paris pada Rabu (28/6) malam waktu setempat, ketika para pengunjuk rasa meluncurkan kembang api dan membakar mobil di wilayah Nanterre.

Tak hanya itu, polisi juga terlibat bentrok dengan pengunjuk rasa di kota utara Lille dan di Toulouse. Kemudian, unjuk rasa juga terjadi di Amiens, Dijon, dan Essonne, di mana mereka membakar sebuah bus.

Melansir dari The Guardian, media lokal Prancis memberitakan ada lebih banyak insiden terkait di seluruh wilayah Paris.

Semua pengunjuk rasa ini menuntut kekerasan mematikan yang dilakukan petugas polisi kepada seorang remaja bernama Nahel, yang berasal dari Afrika Utara.

Diberitakan, Nahel ditembak mati pada Selasa (27/6) oleh polisi, karena dia melanggar aturan lalu lintas.

Imbas dari bentrokan ini, Presiden Prancis Emmanuel Macron meminta masyarakat untuk tenang.

“Ada seorang remaja yang terbunuh, [insiden] ini tidak dapat dijelaskan dan tidak dapat dimaafkan. Tidak ada yang membenarkan kematian seorang pemuda,” kata Macron.

Awal kasus penembakan Nahel terjadi saat ia sedang mengendarai mobil pada Selasa (27/6) pagi waktu setempat. Saat itu, dia dipaksa menepi oleh polisi sebab dianggap melakukan pelanggaran lalu lintas.

Mulanya polisi melaporkan bahwa seorang petugas telah menembak Nahel, karena mengendarai mobil ke arah petugas polisi tersebut. Akan tetapi kronologi ini ternyata “palsu” usai adanya video penembakan tersebut beredar di media sosial.

Buntut insiden ini, seorang petugas polisi setempat kini sedang diselidiki atas pembunuhan karena menembak remaja tersebut.






Comments are Closed