Main Menu

Harga Daging Babi Melonjak Naik, Warga Thailand Konsumsi Daging Buaya

Berita Terkini – Kementerian Kesehatan Thailand mendukung warganya untuk mengkonsumsi daging buaya sebagai cara alternatif untuk menggantikan daging babi.

Suwannachai Wattanayingcharoenchai selaku Direktur Jenderal Kemenkes Thailand mengatakan, bahwa daging buaya mengandung banyak protein.

Kemudian, dia juga mengingatkan jika daging buaya harus dimasak dengan benar. Hal ini dilakukan untuk menghindari kontaminasi bakteri.

Walaupun hidup di peternakan yang bebas bahan kimia, buaya mungkin mengandung bakteri seperti salmonella. Bakteri salmonellamana sendiri merupakan bakteri yang bisa menyebabkan kelainan sistem pencernaan.

Suwannachai mengatakan, sebelum memasak daging buaya, orang harus mencuci tangan dan peralatan secara rutin. Selain itu, pembeli juga tidak diperbolehkan memakan daging buaya setengah matang.

“Saya menyarankan membeli ekor reptil karena dianggap bagian terbaik daging,” ujar Suwannachai, seperti dikutip Bangkok Post, pada pekan lalu.

Pemilihan dan penyimpanan daging buaya

Untuk memilih daging buaya sendiri, harus segar dengan warna natural tanpa bau menyengat, yang menandakan daging tersebut bagus.

Sebelum membekukan daging, daging harus dicuci. Daging juga harus ditutup menggunakan kertas perkamen dan dilapisi minyak sayur. Ini sangat penting dilakukan untuk memperpanjang masa konsumsi.

Nantinya, daging tersebut bisa bertahan hingga 10-12 bulan di suhu -24 derajat hingga -18 derajat celcius. Sementara untuk dua hingga empat bulan, daging bisa disimpan dengan suhu -12 derajat hingga -8 derajat celcius.

Adapun untuk 24 jam disimpan dengan suhu 0-5 derajat Celsius.

Kandungan daging buaya

Direktur Departemen Biro Nutrisi, Sapin Chotevichien mengungkapkan, bahwa 100 gram daging buaya mengandung 99 kalori, 2.9 gram lemak dan 21.5 gram protein.

Sebenarnya, banyak juga orang-orang yang memilih sumber lain untuk memenuhi kebutuhan protein. Mereka memilih untuk mengonsumsi ikan, telur, dan buncis.

Bagi para penduduk lokal dari distrik Phimai, di Provinsi Nakhon Ratchasima, mereka lebih memilih memenuhi protein dari siput sungai atau yang disebut hoy na.

Diberitakan sebelumnya, para peternak buaya di Thailand mulai kewalahan meladeni permintaan daging reptil tersebut setelah harga daging babi melonjak naik.

Diketahui harga daging babi melonjak karena banyak hewan tersebut mati terserang flu babi di Thailand.

Namun, beberapa hari belakang, harga daging babi kembali, tapi Thailand disebut masih kekurangan stok daging babi.

Dikutip dari Nation Thailand, kini pemerintah Thailand mulai melakukan antisipasi untuk menghadapi kenaikan daging jelang tahun baru Imlek.






Comments are Closed