Main Menu

Hukuman-hukuman ‘Gila’ di Korut!

Berita Terkini — Korea Utara memberikan hukuman-hukuman ‘gila’ hanya karena masalah yang dianggap  remeh oleh sebagian pihal. Misalnya saja,  menyebar video atau menonton film Korea Selatan.

Seperti pada Desember 2020, Korut memberlakukan Undang-Undang Penolakan Pemikiran dan Budaya Reaksioner guna mencegah masuknya pengaruh Korsel.

Dalam UU tersebut, warga yang berbicara, menulis atau menyanyi dengan gaya Korsel akan dihukum dua tahun kerja paksa atau menerima hukuman lain.

Tak hanya itu, Pyongyang juga jadi salah satu negara yang masih memegang hukuman mati bagi pelanggar aturan.

Berikut ini hukuman ‘gila’ negara pimpinan Kim Jong Un

1. Remaja dieksekusi mati setelah menyebar film Korsel

Dilaporkan pada Oktober 2022 yang lalu, Korut telah mengeksekusi dua remaja berusia 16-17 tahun di lapangan terbang kota Hyesen.

Eksekusi ini dilakukan lantaran mereka ketahuan menyebarkan konten film Korea Selatan. Pihak berwenang Korut juga menyatakan aksi remaja itu sebagai tindakan jahat.

“Mereka mengatakan ‘mereka yang menonton atau mendistribusikan film dan drama Korea Selatan, tidak akan diampuni dan akan dihukum maksimal hukuman mati’,”.

2. Kerja paksa setelah menonton film Drakor

Kemudian pada November 2021 lalu, Pyongyang memberikan hukuman lima tahun kerja paksa pada enam murid sekolah menengah setelah mereka ketahuan menonton drama Korsel, “Squid Game.”

Beberapa sumber menyebut, warga Korut menerima salinan serial tersebut lewat penyelundup setelah kembali dari China. Di mana kemudian dia menjual USB flash drive berisi serial tersebut.

“Ini semua dimulai minggu lalu saat seorang siswa sekolah menengah diam-diam membeli USB flash drive yang berisi drama Squid Game Korea Selatan dan menontonnya dengan salah satu sahabatnya di kelas,” ujar seorang sumber penegak hukum di provinsi Hamgyong Utara pada RFA.

Dia juga berujar, “Teman dia memberi tahu beberapa siswa lain, yang tertarik, dan mereka berbagi flash drive. Merek kemudian tertangkap 109 Sangmu [Surveillance Bureau Group 109], yang telah menerima informasi.”

109 Sangmu sendiri merupakan pasukan pemerintah yang khusus menangkap penonton video ilegal.

3. Kerja paksa karena berbicara dialek Korsel

Empat pelajar Korut juga menerima hukuman dari Pemerintah Pyongyang . Di mana mereka kedapatan menggunakan aksen atau dialek Korea Selatan Desember lalu. Salah satu mahasiswa ketahuan mengucapkan kosakata Korsel “jagiya” yang artinya sayang.

Diketahui, mereka belajar menggunakan dialek Korsel dari lagu, film, atau serial. Penggunaan aksen Korsel di Korut ini pun dianggap sebagai kejahatan kontra-revolusioner.

“Fenomena penggunaan aksen boneka didefinisikan Komite Sentral sebagai tindakan yang tak termaafkan dengan plot musuh menyusup ke ideologi dan budaya borjuis,” kata penduduk Korut kepada RFA.

4. Tidur ketika rapat bisa ditembak mati

Para pejabat atau politisi yang tertidur dalam rapat ketika Kim Jong sedang berbicara, bisa berpotensi mendapat hukuman mati.

Seperti pada 2015 lalu, Menteri Pertahanan Korut, Hyon Yon Chol dilaporkan ditembak mati di hadapan publik dikarenakan dia tertidur ketika rapat umum militer.

Dikutip dari The Guardian, seorang sumber dari Korea Selatan mengatakan, Hyon dieksekusi oleh regu tembak dengan senjata anti-pesawat.

5. Menulis pernyataan bersalah 10 halaman setelah memainkan musik Barat

Di 2001 lalu, pianis ternama Kim Cheol Woong dituduh melakukan pengkhianatan setelah dirinya memainkan musik jazz.

Ketika itu, Kim memainkan musik yang disebut karya piano “kapitalis.” Di mana karya yang dimaksud adalah karya klasik Richard Clayderman, ‘L’ for Love.

Ketika memainkan piano tersebut, ia berharap dapat membuat senang perempuan yang dicintainya. Namun dari luar, seorang pengadu mendengar melodi tersebut, dan melaporkan Kim ke pihak berwenang.

Kemudian pemerintah Korut menuding dia memainkan musik yang tidak disetujui negara. Lalu, polisi menyuruh Kim menuliskan pengakuan bersalah sebanyak 10 halaman.

“Bahkan jika Anda pianis terhebat di dunia, Anda tak bisa bermain piano jika Anda tak menunjukkan loyalitas terhadap Kim Jong Il dan Kim Il Sung,” kata pianis tersebut, dikutip The World.

Kini, hukuman tersebut tak lagi berlaku sebab pemerintah menerapkan aturan yang lebih ketat.






Comments are Closed