Main Menu

pergi ke Manggar Jangan Lupa mencoba Kopi Hitam Khas Manggar

pergi ke Manggar Jangan Lupa mencoba Kopi Hitam Khas Manggar

Berita Travel – Berita Travel, Lagu Kupi Manggar dibawakan seseorang pemuda Desa Manggar di pinggir Pantai Serdang, akhir November silam. Lagu dinyanyikan dengan musik Melayu kental. Dinyanyikan sambil berpantun, lantas diiringi tarian. bulan. hampir purnama dalam hitungan 1-2 hari lagi.

Kopi serta lokasi Manggar seakan satu. Sedikit-sedikit orang mengatakan kopi serta warung kopi. Di kanan-kiri jalan dapat diketemukan warung dengan bangku serta meja panjang dari kayu terpasang. Jam bukanya beberapa macam, ada yang dari subuh hingga sore, ada yang dari sore hingga tengah malam.

Jejeran warung kopi itu bisa didapati di berjalan-jalan di kota yang berjarak sekitaran 90 km. dari Tanjung Pandan itu. Tidak mengherankan kota ini dimaksud ” Kota 1. 001 Warung Kopi “. Tiap-tiap lima mtr., bakal didapati warung kopi. Situasi demikian hidup, hangat, serta semasing telah dengan pelanggannya yang tidak ada henti bertandang.

Saya coba berkunjung ke satu diantara warung kopi yang terdapat di seberang tempat saya bermalam. Warung Acin namanya, dikelola oleh seseorang ibu keturunan Tionghoa. Dari posisi duduk, pengunjung dapat lihat kesibukan Acin serta pelayannya bikin serta membawakan kopi hilir-mudik ke meja-meja. Dapur kopi tidak terpisah dari ruangan duduk pengunjung. Cuma tersekat satu meja panjang. Kopi diseduh Acin dalam satu panci besar yang selalu dipanaskan diatas kompor gas dengan api kecil.

Warung yang berdiri mulai sejak 1998 ini buka dari jam 15. 00 hingga tengah malam. Semakin malam, warung semakin ramai. Nyaris sehari-hari masyarakat Manggar berkunjung ke warung berlangganan mereka, sebelumnya atau sesudah bekerja. Tidak ingin kalah oleh gerai kopi di perkotaan, Acin sediakan sarana Wi-Fi di kedainya itu. Namun selempar pandang saya malam itu, sedikit orang menggenggam telephone selulernya. Rata-rata asik mengobrol dengan kawannya di setiap meja.

Nyaris semuanya warung kopi di Manggar miliki pelanggan tetaplah. Telah pas dengan satu kedai, jadi ke situlah mereka akan tiba. Berkumpul dengan kawan, pesan gelas kopi sesuai sama selera, ditemani pelbagai makanan ringan seperti gorengan, roti bakar, lemper, atau bika, lantas semasing meja ramai dengan percakapan.

Karena sangat telah jadi pelanggan, pesanan pengunjung ini umumnya telah dihafal oleh beberapa pelayan. Satu diantara kawan kami yang bekerja sebagai staf di Dinas Pariwisata Belitung, Frans, datang serta cuma menyebutkan ” kopi ” pada salah seseorang pelayan. Selang beberapa saat pesanannya tiba, satu gelas besar kopi susu dihantarkan. Kaget, lantaran jumlah yang dihidangkan tidak sama dengan jumlah biasanya. ” Dia sudah mengetahui pesananku kopi susu yang jumbo, ” katanya, menyeringai.

Warung Acin termasuk muda, lantaran di Manggar sendiri mulai sejak 1980-an telah terdapat banyak warung kopi yang berdiri. Bahkan juga ada yang katakan dari 1960-an. Misalnya warung kopi Anui, yang berjualan mulai sejak 1982. Namun warung ini buka dari jam 04. 00 atau 05. 00 pagi.

Awalannya saya sangsi, mana ada orang subuh-subuh pergi hanya buat minum kopi. Terlebih terakhir nyaris tiap-tiap pagi di Belitung telah mulai gerimis. Selesai subuh, saya iseng pergi ke warung Anui, letaknya tidak jauh dari Warung Acin, tinggal menyeberang dari penginapan, lantas masuk ke satu jalan yang cukup lebar. Dari tepi jalan, warung ini telah tampak.

Sangkaan saya meleset, pada jam 05. 15 telah ada beberapa kumpulan ayah yang mengopi. Diantara beberapa kumpulan itu, ada seseorang paruh baya bernama Suhairi, 70 tahun.. Dia duduk menyendiri bertumpu pada tiang warung. Dihadapannya satu gelas kopi masihlah mengepul. Di samping gelas kopi, ada sebungkus rokok. ” Kopi ya teman merokok, ” tutur Suhairi. ” Saya masihlah kuat tak merokok satu hari, dari pada tak ngopi, dapat pusing sepanjang hari, ” tutur ayah enam orang anak itu.

Jadwal bekerja Suhairi baru mulai jam enam sore sampai mendekati pagi. Sebelumnya pulang ke tempat tinggal untuk beristirahat, ia sering singgah pesan satu gelas kopi di Anui. Sedang sepeda ontel birunya ia sandarkan di pinggir jalan tidak jauh di seberang warung. Kopi, menurutnya, dapat menolong beri kesegaran diri. Terlebih sesudah semalaman ia berjaga. Badannya yang kurus menyandar enjoy di satu diantara tiang warung, sesekali mulutnya mengepulkan asap rokok merek Marathon.

Bantu Share Nya Berita Travel






Comments are Closed