Sebut Holocaust Bukan karena Agama, Presiden Abbas Kena Kecam!

Berita Terkini — Sejumlah negara Barat mengecam Presiden Palestina Mahmoud Abbas, setelah menyebut penganiayaan terhadap orang-orang Yahudi dalam Holocaust disebabkan “peran sosial”, bukan karena agama mereka.
Pernyataan Abbas ini dilontarkan dalam pidato 24 Agustus lalu, di pertemuan Dewan Revolusi Fatah di Ramallah.
Kemudian, isi pidato tersebut diterjemahkan oleh kelompok media yang berbasis di Washington, Institut Penelitian Media Timur Tengah, sebagaimana dilansir dari Reuters.
Abbas, dalam sambutan pidato tersebut menyebut orang-orang Yahudi menjadi sasaran Nazi karena “peran sosial” dan bukan karena agama mereka.
“Ketika mereka mengatakan bahwa Hitler membunuh orang Yahudi karena mereka Yahudi, dan bahwa Eropa membenci orang Yahudi karena mereka Yahudi, tidak [benar]. Dijelaskan bahwa mereka memerangi [orang Yahudi] karena status sosial mereka dan bukan agama mereka,” ujar Abbas.
Nabil Abu Rudeineh selaku juru bicara Abbas menegaskan, pernyataan presiden merupakan “kutipan dari tulisan para penulis dan sejarawan Yahudi dan Amerika”, bukan penolakan terhadap Holocaust.
“Posisi Presiden Mahmoud terkait topik ini jelas dan telah didokumentasikan. Ini merupakan kecaman total terhadap Holocaust Nazi dan penolakan terhadap antisemitisme,” tegas Rudeineh.
Pernyataan Abbas ini sebelumnya sudah beberapa kali memicu kritikan internasional terkait pernyataannya soal Holocaust, yang menewaskan sekitar enam juta orang Yahudi, penyandang disabilitas, hingga kelompok minoritas seksual dan gender.
Amerika Serikat, Uni Eropa hingga Jerman memberikan kritik mereka terhadap pernyataan Presiden Abbas.
Dinas diplomatik Uni Eropa mengatakan, jika pernyataan presiden berusia 87 tahun itu “salah dan menyesatkan”. Sementara utusan khusus AS yang memantau dan memerangi antisemitisme, meminta Abbas untuk menyampaikan permintaan maaf.
Hal serupa juga disampaikan juru bicara urusan luar negeri Uni Eropa. Di mana dia mengatakan pernyataan tersebut sebagai “penghinaan terhadap jutaan korban Holocaust dan keluarga mereka”.
“Distorsi sejarah seperti itu bersifat menghasut, sangat menyinggung, hanya akan memperburuk ketegangan di kawasan dan tidak menguntungkan kepentingan siapa pun,” katanya.
Sementara Duta Besar Jerman untuk Israel, Steffen Seibert, menyebut rakyat Palestina berhak mendengar kebenaran sejarah.
“Rakyat Palestina berhak mendengar kebenaran sejarah dari pemimpin mereka, bukan distorsi seperti itu,” ujar Seibert.
Related News

Sri Lanka 5 Hari Mati Listrik Massal Akibat Ulah Seekor Monyet
Berita Terkini — Imbas dari ulah seekor monyet yang menyebabkan kerusakan di stasiun jaringan listrik IbuRead More

Diduga Depresi, Guru di Korsel Tikam Siswa SD hingga Tewas
Berita Terkini — Dilaporkan, seorang guru sekolah dasar (SD) yang ada di Kota Daejeon, Korea Selatan,Read More
Comments are Closed