Main Menu

WHO: CHINA HARUS JUJUR MENGENAI COVID-19

Berita Terkini — Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyampaikan bahwa penyelidikan mengenai asal-usul virus corona di China terhambat oleh minimnya data awal penyebaran virus.

WHO mendesak China untuk lebih transparan. WHO meminta pemerintah China agar lebih kooperatif dalam penyelidikan tahap kedua asal-usul dari Covid-19. Rencananya WHO akan bekerja sama untuk penyelidikan tahap ke-2 sumber virus corona, dengan 194 negara anggota dalam waktu dekat.

Dikutip dari BBC, Sekjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa investigasi pertama yang dilakukan pada Januari dan Februari lalu. Investigasi pertama ini memiliki banyak kekurangan data. Ini termasuk mengenai data mentah dari pasien Covid-19 dan laboratorium Wuhan.

“China tidak membagikan data ini dengan tim WHO selama penyelidikan pertama,” sebutnya dalam konferensi pers WHO, Kamis 15 Juli 2021.

“Sebagai seorang professional medis … kecelakaan bisa terjadi,” ujarnya lagi menyebut potensi kesalahan di laboratorium virologi di kota Wuhan.

“Kami meminta negara China untuk transparan dan terbuka serta mau untuk bekerja sama,” kata Tedros Adhanom Ghebreyesus seperti dikutip dari Reuters.

“Kami berutang kepada jutaan orang yang menderita dan jutaan orang yang meninggal untuk mengetahui apa yang terjadi,” katanya.

Tedros sebelumnya juga sempat menyampaikan bahwa China menolak memberikan data mentah tentang kasus awal Covid-19. Ketidak transparan ini mempersulit tim yang bertugas untuk memahami bagaimana pandemi global ini dimulai.

 

Dugaan WHO Mengenai Virus Corona

Peter Ben Embarek sebagai Pemimpin tim WHO, mengatakan sangat memungkinkan untuk virus tersebut telah beredar pada November atau Oktober 2019 di sekitar Wuhan. Dan juga virus ini berpotensi menyebar ke luar negeri lebih awal dari yang didokumentasikan sejauh ini.

Dalam investigasi awal WHO sebelumnya, tidak ditemukan secara gamblang asal-usul dari Covid-19. Laporan yang ada hanya menyebut corona menyebar dari kelelawar ke manusia melalui hewan perantara yang hingga kini belum dapat teridentifikasi. Laporan itu juga menyangkal teori kebocoran laboratorium virologi Wuhan sebagai penyebab.

Ilmuwan sekaligus Kepala Institut Virologi Wuhan, China, Shi Zhengli, membantah dugaan bahwa virus corona yang menyebabkan penyakit Covid-19 berasal dari kebocoran laboratoriumnya.

Shi Zhengli juga menentang teori bahwa laboratoriumnya yang bertanggung jawab atas pandemi yang telah menewaskan lebih dari 4 juta penduduk di dunia tersebut sejak awal 2020 itu.

Namun banyak negara yang menyangsikan ini, termasuk Amerika Serikat (AS). Mantan presiden AS Donald Trump sempat memberikan indikasi kuat bahwa virus itu bocor dari laboratorium di Wuhan. Tepatnya di tempat para peneliti mempelajari virus corona.

Hal ini juga diperkuat dengan sebuah laporan intelijen AS pada tahun 2020 lalu yang berkesimpulan bahwa dugaan mengenai bocornya virus itu dari laboratorium virologi China adalah hal yang masuk akal dan perlu untuk diinvestigasi lebih lanjut.

Laporan ini diteruskan oleh Presiden petahanan AS Joe Biden yang memerintahkan Badan Intelijen AS atau DNI untuk mengadakan investigasi dari dua skenario yang dilaporkan sebelumnya. Dua skenario yang dimaksud adalah bahwa virus tersebut dihasilkan dari kecelakaan laboratorium atau muncul dari kontak manusia dengan hewan yang terinfeksi.

“Pandemi belum selesai,” ujar Komite Darurat WHO Didier Houssin.

“Kami masih mengejar virus ini dan virus ini masih mengejar kita.”

Tedros akan memberi penjelasan singkat kepada 194 negara anggota WHO pada hari Jumat mengenai studi fase kedua yang diusulkan.

“Kami berharap dapat bekerja sama dengan rekan-rekan China kami dalam proses itu dan direktur jenderal akan menguraikan langkah-langkah untuk negara-negara anggota pada pertemuan besok, pada hari Jumat,” kata Direktur Eksekutif Program Darurat WHO Mike Ryan.






Comments are Closed